10.16.2011

Foursquare bagi Maling adalah Radar Dragon Ball!

Secara sadar atau tidak jejaring sosial selalu berhasil membujuk kita untuk membeberkan kehidupan pribadi kita ke muka umum. Setiap ada hal-hal yang baru, kita pasti selalu ingin membagikannya ke publik.
Foursquare, jenis jejaring sosial yang fungsinya untuk mengabarkan posisi/keberadaan si pengguna jejaring sosial tersebut. Bisa dibilang semacam radar lah. Mmm… Ya radar!
Teknologi jauh berkembang pesat. Kita tak perlu bingung untuk mengetahui keberadaan seseorang, toh Foursquare sudah ada. Tinggal lihat ‘check-in’ terkini akun orang tersebut kita bisa dengan mudah mengetahui dia berada dimana. Nah, dengan segala kemudahan Foursquare inilah sebagian orang dapat mengambil ‘keuntungan’. Kita semua tahu, segala informasi yang kita publish atau kita cantumkan di akun jejaring sosial dapat dengan mudah di akses dan dilihat orang - orang di dunia maya. Bisa jadi informasi itu sangat ‘menguntungkan’ bagi sebagian orang. Keuntungan yang saya maksud itu begini, misal kamu sedang sendiri di rumah, lalu kamu check in Foursquare kamu begini “home alone, sepi euy… (@ My House, Jakarta Capital Region)”. Bagus, kalau update kamu itu dibaca oleh teman-teman kamu, yang kemudian nantinya akan bertamu ke rumah kamu agar kamu tidak merasa kesepian. Nah, kalau yang baca maling?? Misal saya jadi maling (maling modern, yang kenal teknologi) dari update kamu itulah saya bisa dengan mudah mengetahui keadaan rumah kamu, sepi. Saya dan teman-teman saya bisa dengan mudah ‘bertamu’ ke rumah kamu, membekap kamu dengan selotip (atau malah menghabisimu), dan segera melucuti segala harta di rumah kamu. Hahaha gimana? Lihat bukan? Foursquare bagi maling adalah Radar Dragon Ball. Mereka dengan mudah melihat ‘Dragon Ball’ mana yang daerahnya dekat dengan keberadaan mereka saat itu. Jika situasinya mereka anggap kondusif, mereka bisa langsung meluncur ke lokasi dan segera merampoknya.
Jangan sembarangan check in Foursquare.

Tidak semua orang di dunia itu baik dan kebanyakan orang jahat itu lebih pintar dari apa yang kita kira.

9.05.2011

Kontemplasi Kesalahan


Tentang apa yang dianggap salah. Aku, kamu, kita, pasti pernah merasa menyesal. Ya, penyesalan akan ini itu yang telah kita perbuat di masa lampau. Tentang kegagalan, kemunafikan, kebohongan, sampai ketidak pedulian.

Kesalahan, mungkin bisa dibilang sebagai guru terbaik, seperti para pujangga mengatakannya. Dengan adanya suatu kesalahan, kita diberi waktu untuk lebih memahami diri kita, memahami sekitar, dan memperbaiki perilaku diri. Lantas kalau kita sudah diberi waktu, mengapa kita malah menggunakan seluruh waktu itu hanya untuk menyesali kegagalan-kegagalan, keburukan-keburukan, kebodohan-kebodohan di masa lampau. Mengapa kita tidak mulai berbenah dan meninggalkan masa kusut tersebut? Ah, sulit memang. Apa lagi untuk manusia biasa sepertiku. Rasanya asing untuk memulai hari baru. Rasanya lebih 'nyaman', mengingat kenangan-kenangan buruk di masa lampau. Menyakiti diri sendiri, menipu diri sendiri. Itulah, 'nyamannya' bergalau ria. Tidak ada yang kau dapat, hanya bayang-bayang semu masa lalumu, yang selalu menahanmu untuk memulai hari baru.

Pernah berfikir kalau kau mempunyai Mesin Waktu? Hahaha, aku juga pernah berfikiran seperti itu. Berimajinasi menggunakannya, untuk kembali ke masa lalu, ke masa kanak-kanak, disaat semua masih polos, disaat semua orang masih dianggap teman. Dan membenahi hidup dari awal, memperbaiki kesalahan-kesalahan yang sebelumnya sudah kuketahui akan terjadi di masa depan. Tapi kupikir apa bagusnya? Kalau semua hidup ini sudah baik semuanya, lantas apa lagi yang harus kupelajari? Apa lagi yang harus kuperbaiki? Mungkin hidup ini akan terasa datar, tak sempurna rasanya.

Kita tidak akan tahu terang, tanpa adanya gelap. Kita tidak akan tahu surga, tanpa adanya neraka. Kita tidak akan tahu kebaikan, tanpa adanya keburukan. Begitu pula dengan, kita tidak akan tahu yang benar, tanpa adanya yang salah. Semua diciptakan berlawanan, namun saling melengkapi.


Tak bisa dipungkiri, sebagian besar kehidupan manusia dibentuk ketika mereka merasa bersalah. Karna ketika itulah seharusnya kita mulai introspeksi diri dan memperbaiki perilaku kita yang salah selama ini. Jadi, buat apa kita membuang-buang waktu kita hanya untuk menyesali perbuatan-perbuatan di masa lampau? Hei! Hari baru menunggu di depan!

8.27.2011

Teori Penciptaan Manusia Dalam Tanda Tanya Manusia



Pertanyaan ini muncul di suatu malam, ketika saya dan teman-teman sedang berdiskusi (ngobrol lah lebih tepatnya). Sebuah pertanyaan yang menunjukkan seberapa besar manusia ingin tahu proses penciptaan dirinya.

Teori Darwin, mengatakan bahwa manusia berasal dari kera yang berevolusi. Tapi saya tidak begitu saja mentah-mentah untuk mempercayainya. Bagaimana tidak? Penjelasan keagamaan mengatakan manusia diciptakan Tuhan dari tanah, yang kemudian Ia menghembuskan nyawa ke dalamnya, lalu terciptalah Adam.

Pokok pertanyaan sebenarnya ada ketika Adam diciptakan. Kalau ia manusia pertama, apakah dia melewati zaman prasejarah? Lalu bagaimana nasib-nasib para kera di zaman itu selanjutnya?
Menyatukan agama dan sains memang sulit. Berdekatan namun tidak bisa sebenar-benarnya bersenyawa.

Ketika Tuhan menciptakan Adam, Ia tidak mungkin menghidupkan Adam dalam kesendirian. Ia mengambil tulang rusuk Adam untuk menciptakan seorang pendamping untuk Adam, maka jadilah Hawa. Disini muncul pertanyaan baru di benak saya. Makhluk hidup akan berkembang biak untuk meneruskan keturunannya, begitu juga dengan Adam dan Hawa. Mungkinkah anak-anak dari mereka mengawini sesama saudaranya? Jika dijelaskan bahwa Adam dan Hawa adalah pasangan yang pertama ada.

Anda bingung? Saya apalagi. Menikmati kebingungan ini sama saja meragukan ciptaan Tuhan. Dan teruslah nikmati kebingungan itu jika anda memang tidak mempercayai adanya Tuhan.
Di dunia ini ada hal-hal (seperti rahasia) yang memang harus diungkap, namun ada hal-hal lain yang akan lebih baik jika itu tetap menjadi rahasia. Biarkan saya mengutip kata-kata Kahlil Gibran, "Kebenaran yang memerlukan bukti hanyalah separo kebenaran".




gambar diambil dari sini

8.22.2011

Menyangkal Eksistensi Tuhan Dengan Akal


Selama ini eksistensi Tuhan sebagai pencipta langit dan bumi, pencipta siang dan malam, pencipta Adam dan Hawa, pencipta semesta dan segala yang ada didalamnya, bisa dibilang belum bisa terpatahkan. Namun, bagaimana kita bisa menerima keeksistensian tersebut dengan akal dan logika, jika kita sendiri belum pernah benar-benar melihat secara langsung sang pencipta tersebut. Yang akan kita temui hanyalah keragu-raguan, dan celah skeptisme yang semakin membesar.

Baik, pertama perlu kita ketahui terlebih dahulu apa itu arti kata ‘eksistensi’. Di Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa, ‘eksistensi’ berarti sesuatu hal yang ada, sesuatu yang menunjukan keberadaan. Oh, bagaimana kita bisa menganggap sesuatu itu ada dan nyata, sedangkan sesuatu yang kita anggap ada tersebut belum pernah sekali saja menunjukkan keberadaannya pada kita. Akal dan logika kita harus bermain disini. Contoh sederhananya seperti ini: Teman kamu bercerita dengan antusiasnya tentang barang yang baru saja ia beli, ia berkata barang itu bagus, baik, dan semua kata-kata yang tentunya membanggakan bagi barang tersebut. Tetapi, dia sendiri belum menunjukkan si barang tersebut kepada kamu. Lantas apakah kamu akan percaya begitu saja dengan cerita temanmu? Tidak bukan? Kamu perlu bukti, melihat barang itu sendiri, untuk membuktikan kata-kata yang diucapkan temanmu. Begitu pula halnya dengan keberadaan Tuhan, saya yakin, kamu, kita, manusia, punya akal dan logika. Pasti ada celah keraguan tentang keberadaan Tuhan, biarpun sudah jelas-jelas keagunganNya itu tertulis jelas dan diceritakan dalam kitab-kitab. Satu-satunya yang bisa membuat kita yakin, akan keberadaanNya adalah melihat sosok diriNya dengan mata kepala kita sendiri. Kalau tidak bisa bertemu langsung, ya paling tidak Dia menunjukan keberadaanNya lewat suatu ‘perantara’ lah. Mungkin dengan begitu celah keraguan kita akan tertutupi, dan akal kita bisa sepenuhnya menerima bahwa TUHAN ITU BENAR-BENAR ADA. Namun, karna belum ada bukti yang membuat akal kita percaya, kita bisa saja menganggap kalau TUHAN ITU TIDAK ADA.

Baik, jika kita gunakan pemikiran logis, Tuhan dalam logika dan akal sehat itu hanya omong kosong. Logikanya, Tuhan Yang Maha Segalanya itu hanya cerita fiksi. Tapi yang jelas, MENYANGKAL KEEKSISTENSIAN-NYA DENGAN AKAL ADALAH CONTOH SIKAP MANUSIAWI. Yang jelas, KITA TIDAK BISA MENYANDINGKAN EKSISTENSI TUHAN DENGAN AKAL DAN LOGIKA MANUSIA. Yang jelas, SEGALA FIRMAN TUHAN ITU MELAMPAUI AKAL MANUSIA.
gambar diambil dari sini

Sorban dan Helm; Antara Hukum, Agama, dan Maut



“Pelindung kepala dari maut: Helm. Pelindung kepala dari hukum: Sorban.”

— Diatas kendaraan roda dua seperti motor, manusia-manusia bersorban seringkali mendapatkan superioritas dari polisi. Biarpun, tidak mengenakan helm, tetapi polisi biasanya akan tetap meloloskan mereka dari masalah tilang-menilang, tidak tahulah atas dasar apa. Yang jelas, bisa lolos dari tilang bukan berarti mereka bisa lolos juga dari maut. Dan setahu saya, bila kita dituntut untuk taat kepada agama, bukankah secara otomatis kita dituntut pula untuk taat kepada hukum?

gambar diambil dari sini

Orang Pintar Lulus Dalam Ujian, Orang Bodoh Berakal Bulus Dalam Ujian



Sebelum ujian :

Orang pintar selalu belajar sebelum mereka menghadapi ujian. Sementara orang bodoh santai-menyantai mondar-mandir keluyuran cari angin segar untuk melepaskan kepenatan dari beban ujian sekolah.

Orang pintar selalu menghafal rumus-rumus aritmatika dan sejenisnya saat pelajaran berlangsung. Dan si orang bodoh masih berusaha menghafal lagu yang dia sukai, di sela-sela jam pelajaran.

Orang pintar selalu memperhatikan tulisan yang ditulis gurunya di papan tulis. Di saat yang sama, si bodoh malah memperhatikan ekspresi guru waktu sedang menulis.

Orang pintar umumnya memilih duduk di deretan bangku terdepan, agar mudah berinteraksi dengan guru. Orang bodoh malah memilih duduk di deretan belakang, agar bisa mempelajari situasi kelas dan memudahkan mereka untuk berinteraksi dengan orang-orang di dalam kelas (tidak hanya guru).

Saat ujian sekolah :

Karna belajar, orang pintar bisa menjawab pertanyaan dengan mudah. Karna kesantaiannya si bodoh sulit menjawab pertanyaan, tapi dia tetap berusaha, bertanya misalnya (tentunya dilakukan secara rahasia).

Berkat rumus yang telah diluar kepala, orang pintar tidak kesulitan dalam mengerjakan soal aritmatika. Sementara si bodoh, dengan kreatifnya membuat catatan kecil di secarik kertas, kulit penghapus, kartu nomor ujian, bahkan ada yang mentatto paha mereka dengan rumus aritmatika. Kreatif bukan?

Karna selalu memperhatikan pelajaran yang ditulis di papan tulis, orang pintar begitu mudah untuk mempecundangi pertanyaan-pertanyaan. Sementara si bodoh, serius mengamati ekspresi si pengawas ujian dan mencari kesempatan untuk menemukan jawaban.

Duduk di depan atau di belakang, bukan masalah bagi orang pintar. Sementara si bodoh yang telah membuat jaringan, dengan mudah berinteraksi dengan teman-temannya untuk mendapatkan jawaban (ini juga masih secara rahasia).

Dan disaat kelulusan :

Orang pintar dan orang bodoh lulus secara bersamaan.

<



Dilihat dari segi ini, orang bodoh cenderung menghadapi kehidupan dengan santai, mudah menjalin relasi, kreatif, tidak terlalu berpikir rumit, dan tidak takut mengambil resiko. Toh tujuan yang dicitakan akan tercapai, meski dengan jalan yang tidak pernah dipikirkan orang-orang sewajarnya. Hal-hal ini yang seharusnya patut dicontoh oleh orang-orang pintar.


gambar diambil dari sini

Sekarang, Semua Kegiatan Manusia Diawali Dengan Nge-twit, seperti :


-Mau tidur. (ngetwit dulu)

-Bangun tidur. (ngetwit dulu)

-Mau mandi. (ngetwit dulu)

-Mau makan. (ngetwit dulu)

-Mau berangkat kuliah/kerja/sekolah. (ngetwit dulu)

-Mau ngerjain tugas. (ngetwit dulu)

-Mau hangout. (ngetwit dulu)

-Mau dengerin lagu. (ngetwit dulu)

-Lagi kesel sama orang. (ngetwit dulu)

-Lagi seneng. (ngetwit dulu)

-Lagi galau. (apalagi, ngetwit melulu)
Bagus sih dampaknya, manusia tidak lagi banyak ‘bicara’. Ya tapi tweet itulah penggantinya. Ada baiknya kalau kita memberikan tweet yang informatif untuk para followers. Mmm… Tapi sesekali ngetwit yang berbau-bau narsis juga tidak apa-apa kok. Sama sekali tidak ada yang melarang. Twitter milik anda, ya anda yang berkuasa.


gambar diambil dari sini

6.09.2011

Vandalis yang Kritis dan Eksotis


Tidak selamanya tindakan vandalis bersifat merusak atau menghancurkan, sebagian tindak vandalis justru bersifat mencipta. Graffiti misalnya, tembok jalan yang tadinya kosong dan terlihat pucat diubahnya menjadi satu galeri seni yang memicu pengendara motor atau mobil untuk sedikit mengarahkan matanya ke tembok-tembok yang telah dibanjiri karya seni cat semprot. Banyak jalan-jalan di Ibukota yang tiap temboknya disulap menjadi ruang rupa, dipenuhi dengan semburan cat semprot yang dikomposisi dengan bentuk, warna, dan volume yang teratur dan tertata rapi. Ini merupakan bukti, bahwa suatu tindakan yang tadinya bersifat vandalis bisa menjadi eksotis jika pengaplikasiannya teratur dan tertata dengan baik. Sebagian orang mungkin melihatnya sebagai suatu tindak perusakan, tetapi saya melihat graffiti disini sebagai suatu tindak penciptan karya seni yang mengekspresikan kehidupan sosial si pembuat graffiti itu sendiri. Selama graffiti itu tidak “nanggung”, saya bisa menghargainya sebagai suatu karya seni.
Setiap pembuat graffiti mempunyai tujuan dan kepentingan di dalam karyanya. Mereka tidak sembarangan mencoret-coret tembok, dalam setiap karyanya mereka menyuarakan isi hati dan “unek-unek” mereka atas setiap kejadian terkini di masyarakat, baik itu dalam masalah politik, pendidikan, ketidakadilan, ataupun untuk menunjukan eksistensi pribadi atau golongan. Karya-karya mereka cukup kritis dan “nyentil” tetapi tetap dalam balutan rupa yang eksotis. Saya ambil contoh Banksy, ia adalah aktivis politik, film director, sekaligus seniman jalanan. Di setiap karyanya ia selalu menyematkan harapannya tentang perdamaian dunia dan kritiknya terhadap ketidakadilan. Saya pikir, mereka para bomber lebih melihat jalan sebagai tempat menuangkan isi hati mereka, jauh dibanding sebagai sarana periklanan oleh billboard atau semacamnya. Saya setuju dengan pendapat mereka, karena dijalananlah kita bisa melihat mimik dari suatu bangsa.
Graffiti disini memang bukan tindakan yang legal, tetapi menurut saya selama si “bomber” mampu menempatkan karyanya dengan rapi, tembok-tembok yang tadinya terlihat miris bisa menjadi penuh warna nan eksotis. Tidak ada istilah legal atau illegal untuk suatu karya seni, seni adalah seni, segala sesuatu yang berhubungan dengan keindahan. Terlepas dari legal atau tidaknya, graffiti hanya masalah bagaimana kita mengapresiasinya.


gambar diambil dari sini

"Semua Bergerak, Untuk Sastra Indonesia"


Jauh di kepunahan, teror bom lewat buku, pengasingan dokumentasi sastra. Merupakan sebagian penyebab dari pudarnya sastra Indonesia. Mari selamatkan sastra Indonesia, karena sastra Indonesia merupakan momok penting dalam peradaban Indonesia. Buku berjudul “Semua Bergerak Untuk Sastra Indonesia”, merupakan aksi dari mereka yang peduli terhadap sastra Indonesia. Ada banyak cerpen, puisi, dan essai dari kalangan muda dan tua yang terkomposisi apik dalam buku tersebut. Dengan membeli buku tersebut, kita sekaligus menyelamatkan sastra Indonesia. Karena 100% royalti penulis dari hasil penjualan buku akan disumbangkan ke dokumentasi sastra PDS H.B. Jassin yang terancam ditutup karena kekurangan biaya. Menikmati bukunya sekaligus membantu sesama.

(untuk cara pemesanan buku, dapat dilihat di : sini)


gambar diambil dari sini

"Alay", Contoh Rasisme Masakini




“Eh baju lo alay banget sih” atau “eh gaya lo alay banget sih”, kata-kata tersebut pasti sudah sering kita dengar, terlontar dari manusia-manusia yang menganggap dirinya superior, melebihi manusia lainnya. Tanpa disadari, sebenarnya mereka sudah membentuk tingkatan dalam pergaulan, bersikap diskriminatif terhadap kebebasan manusia lain untuk berekspresi. Yang namanya bergaul ya seharusnya membaur, tidak perlu ada tingkatan-tingkatan.

Setiap orang berhak menunjukkan jati dirinya, baik itu dalam hal bermusik, gaya berpakaian, tata berbicara, sampai pengetikan pesan singkat. Sebagian orang berpendapat, mereka menyebut orang lain “Alay” karena cara bergaul si Alay itu mereka anggap salah. Menurut saya, salah atau tidaknya suatu pergaulan itu relatif, tidak mutlak ditentukan dengan satu gaya, toh dengan adanya beragam gaya justru pergaulan dan wawasan kita menjadi lebih kaya.

Siapa kira di suatu tempat kita memanggil orang lain “Alay”, tetapi di tempat lain malah kita yang dipanggil “Alay”. Nah, hal semacam ini yang saya bilang relatif, persepsi manusia tentang sebutan “Alay” berbeda-beda. Apapun persepsi manusia tentang “Alay” dampaknya akan buruk terhadap pluralitas di pergaulan sekitar, perpecahan kelompok tertentu, bahkan bisa jadi saling tinju.


gambar diambil dari sini

Dinamika Sarkas Di Jejaring Sosial

Seperti sudah kita ketahui sarkas atau sarkasme adalah kata-kata berisi ejekan atau cemoohan yang ditujukan untuk orang lain. Dan bagaimana ketika sarkas tersebut menguap ke jejaring sosial?

Baik, saya ambil contoh dari jejaring sosial seperti facebook dan twitter yang sekarang seperti sudah menjadi kebutuhan pokok bagi kalangan tertentu di masyarakat masa kini. Di kedua jejaring sosial yang semakin hari semakin banyak penggunanya itulah tempat dimana saya sering menemukan kata-kata sarkas bermunculan disana. Sarkas disini bermacam-macam, ada yang terdengar agak lucu kata-katanya, beberapa ada yang terasa pedas, beberapa lagi ada yang terlihat seperti kehabisan kata-kata, dan kemudian mengandalkan kata-kata sarkas untuk meng-‘update’ status mereka.

Yang namanya mengejek pastilah ada sasarannya. Karena di status jejaring sosial si pengejek seringkali tidak tercantum nama siapa yang menjadi sasaran, maka sebenarnya sarkas tersebut memiliki sasaran yang ‘random’. Bisa tertuju tepat ke sasaran, atau malah sarkas itu ‘mlengos’ ke hati orang-orang yang memang dasarnya mudah tersindir.

Yah, seperti pada prinsip dasarnya, jejaring sosial itu tujuannya untuk menambah jaringan hubungan sosial kita dengan orang lain. Jangan malah karna banyaknya sarkas yang padahal bersifat ‘random’ tersebut kita malah jadi orang yang perasa, dan mudah tersindir, yang akhirnya akan minder dalam kehidupan sosialnya. Anggap saja sarkas yang berserakan di dunia maya itu sebagai kritik, kritik yang membangun, jangan terlalu diambil pusing, apalagi sampai dimasukkan kedalam hati. Hidup itu santai, hanya pola pikir kita yang membuatnya rumit.

Gir Sepeda Itu Kembali Lagi Pada Porosnya


Tahun 1990-an adalah tahun dimana tawuran mulai marak. Mulai dari tawuran antar pelajar sampai tawuran antar kelompok sosial. Dalam tawuran biasanya senjata-senjata yang digunakan adalah seadanya. Batu, balok kayu, golok, dan gir sepeda senantiasa dalam kepalan tangan.

Dari berbagai senjata tersebut, saya tertarik untuk membahas tentang gir sepeda. Dalam tawuran biasanya gir sepeda itu berkamuflase menjadi kepala sabuk (gesper). Bila ingin digunakan, tinggal lepas gesper dari pinggang, genggam talinya, lalu ayunkan si gir sepeda tadi kearah musuh. Gir sepeda dengan mata yang tajam tersebut siap menghantam siapa saja yang menghadang.

Kebayang kan, bagaimana berbahayanya gir sepeda di jaman itu. Beranjak ke tahun 2000-an, sepertinya gir-gir mematikan itu sudah kembali lagi pada porosnya. Sekarang, saya lebih sering melihat orang-orang yang menggunakan gir sebagai alat transmisi di sepedanya, ketimbang menggunakannya sebagai senjata tawuran. Pola pikir manusia semakin hari semakin logis, manusia mulai menyadari yang namanya permasalahan tidak akan pernah bisa diselesaikan dengan adu fisik, yang ada malah timbul masalah baru. Nah, manusia-manusia yang sadar ini lah mulai menempatkan gir sepeda kembali pada porosnya. Komunitas bersepeda makin menjamur, sepeda seakan menjadi alat hubung antar berbagai kalangan. Adanya komunitas bersepeda disini sangat membantu pemerintah untuk menanggulangi masalah polusi yang ada. Orang-orang yang tadinya bepergian naik motor atau mobil, sekarang mulai beralih ke sepeda, dengan alasan lebih irit dan ramah lingkungan. Siapa coba yang mau menghisap asap knalpot? Tidak ada kan? Tapi saya sadari memang, untuk bepergian dengan jarak tempuh yang cukup jauh kita masih membutuhkan kendaraan bermotor.


gambar diambil dari sini

Sir Dandy; Dari Berguru, Jadi Guru


Siapa tidak kenal Sir Dandy Harrington? Siapa tidak kenal Sir Dandy Harrington? Sekali lagi, Siapa tidak kenal Sir Dandy Harrington? Banyak bukan? Ah, dia memang belum cukup terkenal, tapi dia patut untuk dikenal. Sir Dandy, seseorang yang memiliki suara serak-serak anggur merah ini adalah vokalis dari sebuah band bernama “Teenage Death Star”. Ia tidak begitu pandai bermain musik, tapi hasratnya begitu besar terhadap musik. Karena hasratnya yang cukup besar ini maka dia berguru untuk bisa memainkan alat musik bernama gitar. Dengan bermain solo (tanpa anggota TDS yang lain), ia mencoba menafsirkan berbagai kejadian sebagai suatu pelajaran yang mungkin akan berguna bila di bagikan ke orang lain.

Album solo pertama Sir Dandy yang bertajuk “Lesson #1” ini ibarat raport dari seorang murid berjenggot dan berkumis lebat, yang telah belajar selama 3 tahun untuk bisa memainkan gitar. Lagu-lagu dalam albumnya sangat jujur, terdengar realistis, bisa dibilang cukup kritis, dan dekat dengan kehidupan keseharian. Seperti lagu “Jakarta Motor City” yang didalamnya berisikan kelakuan pengendara motor ketika berada di keterburuan waktu. Singel “Juara Dunia” milik Sir Dandy, sekarang sedang mondar-mandir me-‘nyikat’ saluran-saluran radio. “Juara Dunia”, sebuah lagu yang bercerita tentang seorang Chris John, petinju kecil bermutu yang namanya sudah mendunia, dunia manusia maupun dunia hewan. Dalam setiap lagunya, bak seorang guru Sir Dandy selalu menyematkan serangkaian pesan yang mengajari kita untuk berbuat lebih baik (itu juga kalau anda mampu untuk melihat sisi baiknya). Pembawaan pesan yang agak ‘ngawur’, vokal yang ‘caur’, ritme yang tidak teratur, diharapkan bisa membangunkan orang-orang yang tertidur, dan lekas bekerja. Buat yang belum punya albumnya, buruan sikat! Sudah ada kok di toko-toko musik kesayangan anda.


gambar diambil dari sini

Naik-Naik Ke Puncak Flyover


Naik.. Naik.. Ke puncak flyoveeer.. Tinggi… Tinggi… Sekali…

Naik.. Naik.. Ke puncak flyoveeer.. Tinggi… Tinggi… Sekali…

Kiri.. Kanan.. Kulihat saja.. Banyaaak pohon cemara..a..aa Kini.. Mana.. Sudah tak ada.. Hilaaang ditebang semua…

Naik.. Naik.. Ke puncak flyoveeer.. Tinggi… Tinggi… Sekali…

Naik.. Naik.. Ke puncak flyoveeer.. Tinggi… Tinggi… Sekali…

Kiri.. Kanan.. Kulihat saja.. Banyaaak pohon sengsara..a..aa Kiri.. Kanan.. Kulihat saja.. Jadiii beton semuaaaa….

(silahkan dinyanyikan dengan nada sama seperti lagu “Naik-naik Ke Puncak Gunung” agar efeknya lebih terasa).


gambar diambil dari http://www.google.co.id/imgres?q=pembangunan+fly+over+di+jakarta&hl=id&biw=1024&bih=662&tbm=isch&tbnid=k4TilZOzjrhtGM:&imgrefurl=http://id.ibtimes.com/articles/2886/20101019/flyover-kemayoran-renggang-dki-akan-segera-perbaiki.htm&docid=Ek4fzrOfPoGBnM&w=400&h=257&ei=ZSlZTo3lKMqyrAf2kLDACg&zoom=1

Waspadai Petugas SPBU Nakal Yang Suka 'Ngeluarin' Angin

Selalu perhatikan keran bensin (biarkan saya menyebutnya begitu) ketika petugas memasukkannya ke dalam tangki bensin. Karena, sebagian petugas nakal memasukan keran ini jauh ke dalam tangki agar bensin yang dialirkan tidak bisa terlihat. Nah, dengan posisi keran seperti inilah tindak kecurangan lebih mudah dilakukan. Di posisi keran seperti tadi, biasanya petugas-petugas nakal menekan pelatuk kerannya hanya setengah, tidak sepenuhnya. Jadi, bensin tidak akan dialiri ke keran. Namun penunjuk digital tetap menunjukkan bensin itu keluar, tentunya sesuai nominal uang yang kita berikan.

Di kejadian seperti itu yang keluar dari keran bukanlah bensin, melainkan angin. Tekanan angin yang keluar, tetap terbaca oleh penunjuk angka digital sebagai bensin, bukan angin.

Nah, jadi kalau anda merasa telah mengisi bensin, tapi jarum penunjuk jumlah bensin tetap pada posisi semula sebelum tangki diisi, itu artinya anda kurang teliti, dan tertipu petugas SPBU nakal. (saya juga pernah sih ketipu sama petugas nakal itu)

* Tips ini saya dapat dari teman saya. Teman saya dapat tips ini dari supir angkot. Biar ugal-ugalan ternyata supir angkot itu sebenarnya baik budiman.

Teori Penciptaan Manusia Dalam Tanda Tanya Manusia

Pertanyaan ini muncul di suatu malam, ketika saya dan teman-teman sedang berdiskusi (ngobrol lah lebih tepatnya). Sebuah pertanyaan yang menunjukkan seberapa besar manusia ingin tahu proses penciptaan dirinya.

Teori Darwin, mengatakan bahwa manusia berasal dari kera yang berevolusi. Tapi saya tidak begitu saja mentah-mentah untuk mempercayainya. Bagaimana tidak? Penjelasan keagamaan mengatakan manusia diciptakan Tuhan dari tanah, yang kemudian Ia menghembuskan nyawa ke dalamnya, lalu terciptalah Adam.

Pokok pertanyaan sebenarnya ada ketika Adam diciptakan. Kalau ia manusia pertama, apakah dia melewati zaman prasejarah? Lalu bagaimana nasib-nasib para kera di zaman itu selanjutnya? Menyatukan agama dan sains memang sulit. Berdekatan namun tidak bisa sebenar-benarnya bersenyawa.

Ketika Tuhan menciptakan Adam, Ia tidak mungkin menghidupkan Adam dalam kesendirian. Ia mengambil tulang rusuk Adam untuk menciptakan seorang pendamping untuk Adam, maka jadilah Hawa. Disini muncul pertanyaan baru di benak saya. Makhluk hidup akan berkembang biak untuk meneruskan keturunannya, begitu juga dengan Adam dan Hawa. Mungkinkah anak-anak dari mereka mengawini sesama saudaranya? Jika dijelaskan bahwa Adam dan Hawa adalah pasangan yang pertama ada.

Anda bingung? Saya apalagi. Menikmati kebingungan ini sama saja meragukan ciptaan Tuhan. Dan teruslah nikmati kebingungan itu jika anda memang tidak mempercayai adanya Tuhan. Di dunia ini ada hal-hal (seperti rahasia) yang memang harus diungkap, namun ada hal-hal lain yang akan lebih baik jika itu tetap menjadi rahasia. Biarkan saya mengutip kata-kata Kahlil Gibran, “Kebenaran yang memerlukan bukti hanyalah separo kebenaran”.

4.23.2011

Prosa Gantung

Ceritanya tak akan selesai, penulisnya telah dibonsai
Ceritanya menggantung, penulisnya telah digantung

Alurnya jadi tak jelas, tiap aksaranya berlarian, takut dihanguskan
Semua tokohnya pun jadi protagonis, dialognya penuh tangis

Klimaksnya tak tahu dimana, mereka sudah membuangnya entah kemana
Tak tahu apa temanya, yang jelas ia terus teraniaya

Prolognya gemetar, isinya terus dibakar
Sampai tak ada lagi koma ataupun titik, yang tersisa hanya pelik.

4.12.2011

Oleh Yang Kurang Beriman Untuk Yang Beriman

Saya bisa dibilang makhluk yang kurang beriman, makhluk yang seringkali lupa oleh siapa ia diizinkan untuk lahir ke dunia, makhluk yang tidak pernah bersyukur atas setiap denyut yang bergetar di nadinya. Bagaimana tidak? Ibadah pun jarang saya lakukan, maksiat setiap hari dilakukan, bahkan untuk berdoa sebelum tidur saja itu pun sulit saya lakukan. Tetapi sangat miris bila saya melihat kejadian - kejadian yang sifatnya merusak ataupun menghasut malah dilakukan oleh orang - orang yang menganggap dirinya makhluk beriman.

Sebagian kecil dari mereka yang menganggap dirinya makhluk beriman kerap melakukan upaya - upaya apapun untuk menjatuhkan orang lain yang dianggap tingkatan imannya lebih rendah dari mereka. Seringkali mereka menjadikan ayat - ayat dalam kitab suci mereka sebagai alasan untuk menyakiti dan merampas hak orang lain. Sebagai orang yang kurang beriman pun saya memahami bahwa di dalam setiap ajaran, kitab suci akan membawa kita pada suatu jalan yang lurus, menjadi pedoman hidup, dan petunjuk saat kita merasa hidup kita mulai tersesat. Namun lain halnya jika pemahaman tentang kitab tersebut disalah artikan, bisa-bisa malah menjerumuskan kita ke dalam tindakan - tindakan yang tidak terpuji.

Orang - orang yang menganggap dirinya makhluk beriman seharusnya tidak beranggapan bahwa hanya merekalah sebagai makhluk paling terhormat yang pantas hidup di dunia dan menikmati segala isinya. Seharusnya meraka beranggapan bahwa mereka hidup sebagai makhluk yang dipinjamkan lahan bersemayam oleh Tuhan dan berbagi kepada sesama mereka.



Yang menjadi pertanyaan saya sampai kapankah mereka yang menganggap diri mereka makhluk beriman terus menjadikan ayat - ayat dalam kitab ajaran mereka sebagai alasan untuk merampas hak orang lain, tanpa harus memandang dan mempedulikan nilai - nilai pluralitas dalam kehidupan? Saya mungkin orang yang keimanannya lebih rendah dibanding mereka, tetapi saya akan selalu berusaha untuk menerima adanya setiap perbedaan.

3.06.2011

Ayam Dalam Definisi Saya

ini namanya ayam, kalau kelihatan di kampus namanya ayam kampus, kalau kelihatan di rumah makan namanya ayam goreng, kalau yang buat jadi bahan timpukkan massa ke kantor polisi itu namanya telor ayam

Tentang yang Ditentang, Tentang yang Ditendang

Ajarannya dianggap salah, bikin buat masyarakat gerah
Tua muda kena fitnah, atas oknum yang tak mau kalah

Mereka hanya tersesat, tapi kalian membantai seenak jidat
Mereka saudara kalian, mengapa harus dikucilkan?

Tak ada yang perlu dibela, Ia lebih tahu dari apa yang kalian bina
Tak ada yang perlu dicela, bahkan kalian tak lebih baik dari seekor serigala

Ajak mereka berdiskusi, tentang apa yang kalian anggap asas Islami
Jangan asal eksekusi, hanya karna lain persepsi

3.04.2011

Seharusnya Mereka Berada Dalam Kandang

tersentak jantungku, seperti sedang diburu
anarkisme melaju, pluralisme membisu

saudaraku jadi serigala, beringas hantam setiap kepala

pucat pasi tanpa ambisi, terbunuh karna tak satu misi
malam tak lagi sunyi, deru senapan setia mengiringi

pindahkan mereka ke kandang babi! dimana tak ada yang merasa suci
namun hidup berdampingan tanpa rasa benci

pindahkan mereka ke kandang anjing! dimana semua bebas untuk kencing
namun hidup berdampingan, tak membuat yang lain terguling

Anarkisme Atas Agama

Agama yang hakikatnya suci dan jauh dari kebencian, sekarang malah menjadi alasan untuk mengucilkan seseorang, mengabaikan keberadaan seseorang, bahkan untuk membunuh seseorang, hanya karena ia berlainan kepercayaan.

Fanatik, belum mengetahui ajaran agama lain, dan tidak bisa menerima keberadaan agama lain karena takut agama yang mereka anut tersaingi, mungkin itu bisa menjadi alasan kenapa banyak bentrok antar umat beragama, yang katanya tujuannya untuk membela agamanya. Layaknya hewan buas yang sedang kelaparan, dengan mengatasnamakan agama mereka masing - masing, saling tusuk pun dimulai. Membabi buta, tak ingat lagi teman sebaya, rekan kerja, atau bahkan saudara. Ada rasa kepuasan dalam diri mereka jika dapat menyingkirkan agama lain.

Tidak perlu mengambil contoh jauh-jauh. Di Indonesia banyak terjadi perusakan yang mengatasnamakan agama. Seperti contohnya penghancuran tempat-tempat hiburan malam oleh organisasi yang mengatasnamakan agama sebagai pedomannya. Mereka menganggap tempat-tempat seperti itu adalah kandang maksiat yang keberadaannya akan meresahkan bagi masyarakat. Namun, dengan menghancurkan tempat tersebut secara premanisme, tanpa adanya toleransi terlebih sama saja mereka melakukan tindak maksiat yang bahkan bisa menjadi lebih meresahkan. Sungguh tindakan yang tidak mencerminkan kelompok beragama.

Setiap agama selalu mengajarkan cinta kasih. Entah dengan alam, hewan, apalagi sesama manusia. Tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan. Tuhan telah menunjukkan banyak jalan menuju surga, dengan agama sebagai pintu - pintunya. Apa yang kalian percayai mungkin berbeda dengan apa yang saya percayai, tetapi jangan jadikan perbedaan tersebut untuk memulai membeda-bedakan. Jangan pernah mengatasnamakan agama untuk berbuat tindak anarkis terhadap agama lain yang kalian anggap tidak sejalan dengan kalian. Coba hidup bersama perbedaan, bukan menentangnya.

3.02.2011

Ketika Kekurangan Menjadi Kecukupan

Kalian pasti pernah melihat seorang tuna netra yang mahir maemainkan tuts piano, atau seorang pelukis yang tidak memiliki kedua tangan. Mereka dapat melakukan semua itu karena mereka mampu mensubtitusikan sebuah kekurangan menjadi kelebihan, bahkan melebihi kemampuan orang normal pada umumnya.

Telah kita semua ketahui, pola pikir alamiah seorang manusia ialah tidak pernah merasa puas. Misalnya seperti selalu merasa kurang dengan rumah mewah, gadget canggih, kendaraan masa kini, bahkan gaya rambut bak artis sinetron, yang semuanya telah mereka miliki. Di temani kemewahan kemanapun mereka pergi, tetap saja mereka merasa semuanya itu belum cukup. Sampai - sampai ada saja individu yang bahkan berusaha mengoperasi hidungnya hanya agar terlihat seperti bintang hollywood pujaan hatinya.
Dan yang sekarang cerita yang menguap di masyarakat, yaitu semakin banyak anak muda yang merengek membujuk orang tuanya untuk dibelikan ponsel baru oleh orang tuanya. Padahal si anak sudah memiliki ponsel dengan fitur canggih, namun hanya karena diejek teman-temannya kalau ponselnya kalah canggih dengan ponsel yang mereka genggam, ia merengek minta dibelikan ponsel baru yang setara dengan ponsel temanya tersebut. Fenomena ini terlihat seperti tuntutan agar suatu individu dianggap ada oleh suatu kelompok. Tidak habis pikir bagaimana mendefinisikan "kecukupan" ala orang - orang yang selalu merasa kekurangan.

Kalian dapat belajar dari pemulung, yang sering kita lihat semangat memulung sepanjang jalan. "Mood" nya tidak akan rusak hanya karna ia tidak membawa BlackBerry untuk mengupdate status di akun twitter atau facebook. Dia juga selalu berangkat memulung tepat waktu walau tidak menggunakan Kawasaki Ninja sebagai tunggangannya. Dia juga tidak pernah merasa ada yang perlu diubah dari tatanan rambutnya agar terlihat seperti artis sinetron. Dipikirannya hanya menafkahi keluarganya yang sudah menanti nasi bungkus untuk makan siang di kolong flyover.

Lihat disekitar, seorang pemulung dengan semangat berapi - api, seorang pianis tuna netra, dan seorang pelukis yang tidak memiliki tangan. Masih ada yang lebih kekurangan dari kita. Andai kita memaknai "kecukupan" itu adalah mensyukuri apa yang kita miliki, dengan semua yang diberikan Tuhan oleh kita, dari terbit surya sampai langit berubah jingga. Pasti rasa syukur itu akan mencukupi semua hasrat kalian.