6.09.2011
"Alay", Contoh Rasisme Masakini
“Eh baju lo alay banget sih” atau “eh gaya lo alay banget sih”, kata-kata tersebut pasti sudah sering kita dengar, terlontar dari manusia-manusia yang menganggap dirinya superior, melebihi manusia lainnya. Tanpa disadari, sebenarnya mereka sudah membentuk tingkatan dalam pergaulan, bersikap diskriminatif terhadap kebebasan manusia lain untuk berekspresi. Yang namanya bergaul ya seharusnya membaur, tidak perlu ada tingkatan-tingkatan.
Setiap orang berhak menunjukkan jati dirinya, baik itu dalam hal bermusik, gaya berpakaian, tata berbicara, sampai pengetikan pesan singkat. Sebagian orang berpendapat, mereka menyebut orang lain “Alay” karena cara bergaul si Alay itu mereka anggap salah. Menurut saya, salah atau tidaknya suatu pergaulan itu relatif, tidak mutlak ditentukan dengan satu gaya, toh dengan adanya beragam gaya justru pergaulan dan wawasan kita menjadi lebih kaya.
Siapa kira di suatu tempat kita memanggil orang lain “Alay”, tetapi di tempat lain malah kita yang dipanggil “Alay”. Nah, hal semacam ini yang saya bilang relatif, persepsi manusia tentang sebutan “Alay” berbeda-beda. Apapun persepsi manusia tentang “Alay” dampaknya akan buruk terhadap pluralitas di pergaulan sekitar, perpecahan kelompok tertentu, bahkan bisa jadi saling tinju.
gambar diambil dari sini
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment