3.06.2011

Ayam Dalam Definisi Saya

ini namanya ayam, kalau kelihatan di kampus namanya ayam kampus, kalau kelihatan di rumah makan namanya ayam goreng, kalau yang buat jadi bahan timpukkan massa ke kantor polisi itu namanya telor ayam

Tentang yang Ditentang, Tentang yang Ditendang

Ajarannya dianggap salah, bikin buat masyarakat gerah
Tua muda kena fitnah, atas oknum yang tak mau kalah

Mereka hanya tersesat, tapi kalian membantai seenak jidat
Mereka saudara kalian, mengapa harus dikucilkan?

Tak ada yang perlu dibela, Ia lebih tahu dari apa yang kalian bina
Tak ada yang perlu dicela, bahkan kalian tak lebih baik dari seekor serigala

Ajak mereka berdiskusi, tentang apa yang kalian anggap asas Islami
Jangan asal eksekusi, hanya karna lain persepsi

3.04.2011

Seharusnya Mereka Berada Dalam Kandang

tersentak jantungku, seperti sedang diburu
anarkisme melaju, pluralisme membisu

saudaraku jadi serigala, beringas hantam setiap kepala

pucat pasi tanpa ambisi, terbunuh karna tak satu misi
malam tak lagi sunyi, deru senapan setia mengiringi

pindahkan mereka ke kandang babi! dimana tak ada yang merasa suci
namun hidup berdampingan tanpa rasa benci

pindahkan mereka ke kandang anjing! dimana semua bebas untuk kencing
namun hidup berdampingan, tak membuat yang lain terguling

Anarkisme Atas Agama

Agama yang hakikatnya suci dan jauh dari kebencian, sekarang malah menjadi alasan untuk mengucilkan seseorang, mengabaikan keberadaan seseorang, bahkan untuk membunuh seseorang, hanya karena ia berlainan kepercayaan.

Fanatik, belum mengetahui ajaran agama lain, dan tidak bisa menerima keberadaan agama lain karena takut agama yang mereka anut tersaingi, mungkin itu bisa menjadi alasan kenapa banyak bentrok antar umat beragama, yang katanya tujuannya untuk membela agamanya. Layaknya hewan buas yang sedang kelaparan, dengan mengatasnamakan agama mereka masing - masing, saling tusuk pun dimulai. Membabi buta, tak ingat lagi teman sebaya, rekan kerja, atau bahkan saudara. Ada rasa kepuasan dalam diri mereka jika dapat menyingkirkan agama lain.

Tidak perlu mengambil contoh jauh-jauh. Di Indonesia banyak terjadi perusakan yang mengatasnamakan agama. Seperti contohnya penghancuran tempat-tempat hiburan malam oleh organisasi yang mengatasnamakan agama sebagai pedomannya. Mereka menganggap tempat-tempat seperti itu adalah kandang maksiat yang keberadaannya akan meresahkan bagi masyarakat. Namun, dengan menghancurkan tempat tersebut secara premanisme, tanpa adanya toleransi terlebih sama saja mereka melakukan tindak maksiat yang bahkan bisa menjadi lebih meresahkan. Sungguh tindakan yang tidak mencerminkan kelompok beragama.

Setiap agama selalu mengajarkan cinta kasih. Entah dengan alam, hewan, apalagi sesama manusia. Tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan. Tuhan telah menunjukkan banyak jalan menuju surga, dengan agama sebagai pintu - pintunya. Apa yang kalian percayai mungkin berbeda dengan apa yang saya percayai, tetapi jangan jadikan perbedaan tersebut untuk memulai membeda-bedakan. Jangan pernah mengatasnamakan agama untuk berbuat tindak anarkis terhadap agama lain yang kalian anggap tidak sejalan dengan kalian. Coba hidup bersama perbedaan, bukan menentangnya.

3.02.2011

Ketika Kekurangan Menjadi Kecukupan

Kalian pasti pernah melihat seorang tuna netra yang mahir maemainkan tuts piano, atau seorang pelukis yang tidak memiliki kedua tangan. Mereka dapat melakukan semua itu karena mereka mampu mensubtitusikan sebuah kekurangan menjadi kelebihan, bahkan melebihi kemampuan orang normal pada umumnya.

Telah kita semua ketahui, pola pikir alamiah seorang manusia ialah tidak pernah merasa puas. Misalnya seperti selalu merasa kurang dengan rumah mewah, gadget canggih, kendaraan masa kini, bahkan gaya rambut bak artis sinetron, yang semuanya telah mereka miliki. Di temani kemewahan kemanapun mereka pergi, tetap saja mereka merasa semuanya itu belum cukup. Sampai - sampai ada saja individu yang bahkan berusaha mengoperasi hidungnya hanya agar terlihat seperti bintang hollywood pujaan hatinya.
Dan yang sekarang cerita yang menguap di masyarakat, yaitu semakin banyak anak muda yang merengek membujuk orang tuanya untuk dibelikan ponsel baru oleh orang tuanya. Padahal si anak sudah memiliki ponsel dengan fitur canggih, namun hanya karena diejek teman-temannya kalau ponselnya kalah canggih dengan ponsel yang mereka genggam, ia merengek minta dibelikan ponsel baru yang setara dengan ponsel temanya tersebut. Fenomena ini terlihat seperti tuntutan agar suatu individu dianggap ada oleh suatu kelompok. Tidak habis pikir bagaimana mendefinisikan "kecukupan" ala orang - orang yang selalu merasa kekurangan.

Kalian dapat belajar dari pemulung, yang sering kita lihat semangat memulung sepanjang jalan. "Mood" nya tidak akan rusak hanya karna ia tidak membawa BlackBerry untuk mengupdate status di akun twitter atau facebook. Dia juga selalu berangkat memulung tepat waktu walau tidak menggunakan Kawasaki Ninja sebagai tunggangannya. Dia juga tidak pernah merasa ada yang perlu diubah dari tatanan rambutnya agar terlihat seperti artis sinetron. Dipikirannya hanya menafkahi keluarganya yang sudah menanti nasi bungkus untuk makan siang di kolong flyover.

Lihat disekitar, seorang pemulung dengan semangat berapi - api, seorang pianis tuna netra, dan seorang pelukis yang tidak memiliki tangan. Masih ada yang lebih kekurangan dari kita. Andai kita memaknai "kecukupan" itu adalah mensyukuri apa yang kita miliki, dengan semua yang diberikan Tuhan oleh kita, dari terbit surya sampai langit berubah jingga. Pasti rasa syukur itu akan mencukupi semua hasrat kalian.