4.23.2011

Prosa Gantung

Ceritanya tak akan selesai, penulisnya telah dibonsai
Ceritanya menggantung, penulisnya telah digantung

Alurnya jadi tak jelas, tiap aksaranya berlarian, takut dihanguskan
Semua tokohnya pun jadi protagonis, dialognya penuh tangis

Klimaksnya tak tahu dimana, mereka sudah membuangnya entah kemana
Tak tahu apa temanya, yang jelas ia terus teraniaya

Prolognya gemetar, isinya terus dibakar
Sampai tak ada lagi koma ataupun titik, yang tersisa hanya pelik.

4.12.2011

Oleh Yang Kurang Beriman Untuk Yang Beriman

Saya bisa dibilang makhluk yang kurang beriman, makhluk yang seringkali lupa oleh siapa ia diizinkan untuk lahir ke dunia, makhluk yang tidak pernah bersyukur atas setiap denyut yang bergetar di nadinya. Bagaimana tidak? Ibadah pun jarang saya lakukan, maksiat setiap hari dilakukan, bahkan untuk berdoa sebelum tidur saja itu pun sulit saya lakukan. Tetapi sangat miris bila saya melihat kejadian - kejadian yang sifatnya merusak ataupun menghasut malah dilakukan oleh orang - orang yang menganggap dirinya makhluk beriman.

Sebagian kecil dari mereka yang menganggap dirinya makhluk beriman kerap melakukan upaya - upaya apapun untuk menjatuhkan orang lain yang dianggap tingkatan imannya lebih rendah dari mereka. Seringkali mereka menjadikan ayat - ayat dalam kitab suci mereka sebagai alasan untuk menyakiti dan merampas hak orang lain. Sebagai orang yang kurang beriman pun saya memahami bahwa di dalam setiap ajaran, kitab suci akan membawa kita pada suatu jalan yang lurus, menjadi pedoman hidup, dan petunjuk saat kita merasa hidup kita mulai tersesat. Namun lain halnya jika pemahaman tentang kitab tersebut disalah artikan, bisa-bisa malah menjerumuskan kita ke dalam tindakan - tindakan yang tidak terpuji.

Orang - orang yang menganggap dirinya makhluk beriman seharusnya tidak beranggapan bahwa hanya merekalah sebagai makhluk paling terhormat yang pantas hidup di dunia dan menikmati segala isinya. Seharusnya meraka beranggapan bahwa mereka hidup sebagai makhluk yang dipinjamkan lahan bersemayam oleh Tuhan dan berbagi kepada sesama mereka.



Yang menjadi pertanyaan saya sampai kapankah mereka yang menganggap diri mereka makhluk beriman terus menjadikan ayat - ayat dalam kitab ajaran mereka sebagai alasan untuk merampas hak orang lain, tanpa harus memandang dan mempedulikan nilai - nilai pluralitas dalam kehidupan? Saya mungkin orang yang keimanannya lebih rendah dibanding mereka, tetapi saya akan selalu berusaha untuk menerima adanya setiap perbedaan.