10.16.2011

Foursquare bagi Maling adalah Radar Dragon Ball!

Secara sadar atau tidak jejaring sosial selalu berhasil membujuk kita untuk membeberkan kehidupan pribadi kita ke muka umum. Setiap ada hal-hal yang baru, kita pasti selalu ingin membagikannya ke publik.
Foursquare, jenis jejaring sosial yang fungsinya untuk mengabarkan posisi/keberadaan si pengguna jejaring sosial tersebut. Bisa dibilang semacam radar lah. Mmm… Ya radar!
Teknologi jauh berkembang pesat. Kita tak perlu bingung untuk mengetahui keberadaan seseorang, toh Foursquare sudah ada. Tinggal lihat ‘check-in’ terkini akun orang tersebut kita bisa dengan mudah mengetahui dia berada dimana. Nah, dengan segala kemudahan Foursquare inilah sebagian orang dapat mengambil ‘keuntungan’. Kita semua tahu, segala informasi yang kita publish atau kita cantumkan di akun jejaring sosial dapat dengan mudah di akses dan dilihat orang - orang di dunia maya. Bisa jadi informasi itu sangat ‘menguntungkan’ bagi sebagian orang. Keuntungan yang saya maksud itu begini, misal kamu sedang sendiri di rumah, lalu kamu check in Foursquare kamu begini “home alone, sepi euy… (@ My House, Jakarta Capital Region)”. Bagus, kalau update kamu itu dibaca oleh teman-teman kamu, yang kemudian nantinya akan bertamu ke rumah kamu agar kamu tidak merasa kesepian. Nah, kalau yang baca maling?? Misal saya jadi maling (maling modern, yang kenal teknologi) dari update kamu itulah saya bisa dengan mudah mengetahui keadaan rumah kamu, sepi. Saya dan teman-teman saya bisa dengan mudah ‘bertamu’ ke rumah kamu, membekap kamu dengan selotip (atau malah menghabisimu), dan segera melucuti segala harta di rumah kamu. Hahaha gimana? Lihat bukan? Foursquare bagi maling adalah Radar Dragon Ball. Mereka dengan mudah melihat ‘Dragon Ball’ mana yang daerahnya dekat dengan keberadaan mereka saat itu. Jika situasinya mereka anggap kondusif, mereka bisa langsung meluncur ke lokasi dan segera merampoknya.
Jangan sembarangan check in Foursquare.

Tidak semua orang di dunia itu baik dan kebanyakan orang jahat itu lebih pintar dari apa yang kita kira.

9.05.2011

Kontemplasi Kesalahan


Tentang apa yang dianggap salah. Aku, kamu, kita, pasti pernah merasa menyesal. Ya, penyesalan akan ini itu yang telah kita perbuat di masa lampau. Tentang kegagalan, kemunafikan, kebohongan, sampai ketidak pedulian.

Kesalahan, mungkin bisa dibilang sebagai guru terbaik, seperti para pujangga mengatakannya. Dengan adanya suatu kesalahan, kita diberi waktu untuk lebih memahami diri kita, memahami sekitar, dan memperbaiki perilaku diri. Lantas kalau kita sudah diberi waktu, mengapa kita malah menggunakan seluruh waktu itu hanya untuk menyesali kegagalan-kegagalan, keburukan-keburukan, kebodohan-kebodohan di masa lampau. Mengapa kita tidak mulai berbenah dan meninggalkan masa kusut tersebut? Ah, sulit memang. Apa lagi untuk manusia biasa sepertiku. Rasanya asing untuk memulai hari baru. Rasanya lebih 'nyaman', mengingat kenangan-kenangan buruk di masa lampau. Menyakiti diri sendiri, menipu diri sendiri. Itulah, 'nyamannya' bergalau ria. Tidak ada yang kau dapat, hanya bayang-bayang semu masa lalumu, yang selalu menahanmu untuk memulai hari baru.

Pernah berfikir kalau kau mempunyai Mesin Waktu? Hahaha, aku juga pernah berfikiran seperti itu. Berimajinasi menggunakannya, untuk kembali ke masa lalu, ke masa kanak-kanak, disaat semua masih polos, disaat semua orang masih dianggap teman. Dan membenahi hidup dari awal, memperbaiki kesalahan-kesalahan yang sebelumnya sudah kuketahui akan terjadi di masa depan. Tapi kupikir apa bagusnya? Kalau semua hidup ini sudah baik semuanya, lantas apa lagi yang harus kupelajari? Apa lagi yang harus kuperbaiki? Mungkin hidup ini akan terasa datar, tak sempurna rasanya.

Kita tidak akan tahu terang, tanpa adanya gelap. Kita tidak akan tahu surga, tanpa adanya neraka. Kita tidak akan tahu kebaikan, tanpa adanya keburukan. Begitu pula dengan, kita tidak akan tahu yang benar, tanpa adanya yang salah. Semua diciptakan berlawanan, namun saling melengkapi.


Tak bisa dipungkiri, sebagian besar kehidupan manusia dibentuk ketika mereka merasa bersalah. Karna ketika itulah seharusnya kita mulai introspeksi diri dan memperbaiki perilaku kita yang salah selama ini. Jadi, buat apa kita membuang-buang waktu kita hanya untuk menyesali perbuatan-perbuatan di masa lampau? Hei! Hari baru menunggu di depan!

8.27.2011

Teori Penciptaan Manusia Dalam Tanda Tanya Manusia



Pertanyaan ini muncul di suatu malam, ketika saya dan teman-teman sedang berdiskusi (ngobrol lah lebih tepatnya). Sebuah pertanyaan yang menunjukkan seberapa besar manusia ingin tahu proses penciptaan dirinya.

Teori Darwin, mengatakan bahwa manusia berasal dari kera yang berevolusi. Tapi saya tidak begitu saja mentah-mentah untuk mempercayainya. Bagaimana tidak? Penjelasan keagamaan mengatakan manusia diciptakan Tuhan dari tanah, yang kemudian Ia menghembuskan nyawa ke dalamnya, lalu terciptalah Adam.

Pokok pertanyaan sebenarnya ada ketika Adam diciptakan. Kalau ia manusia pertama, apakah dia melewati zaman prasejarah? Lalu bagaimana nasib-nasib para kera di zaman itu selanjutnya?
Menyatukan agama dan sains memang sulit. Berdekatan namun tidak bisa sebenar-benarnya bersenyawa.

Ketika Tuhan menciptakan Adam, Ia tidak mungkin menghidupkan Adam dalam kesendirian. Ia mengambil tulang rusuk Adam untuk menciptakan seorang pendamping untuk Adam, maka jadilah Hawa. Disini muncul pertanyaan baru di benak saya. Makhluk hidup akan berkembang biak untuk meneruskan keturunannya, begitu juga dengan Adam dan Hawa. Mungkinkah anak-anak dari mereka mengawini sesama saudaranya? Jika dijelaskan bahwa Adam dan Hawa adalah pasangan yang pertama ada.

Anda bingung? Saya apalagi. Menikmati kebingungan ini sama saja meragukan ciptaan Tuhan. Dan teruslah nikmati kebingungan itu jika anda memang tidak mempercayai adanya Tuhan.
Di dunia ini ada hal-hal (seperti rahasia) yang memang harus diungkap, namun ada hal-hal lain yang akan lebih baik jika itu tetap menjadi rahasia. Biarkan saya mengutip kata-kata Kahlil Gibran, "Kebenaran yang memerlukan bukti hanyalah separo kebenaran".




gambar diambil dari sini

8.22.2011

Menyangkal Eksistensi Tuhan Dengan Akal


Selama ini eksistensi Tuhan sebagai pencipta langit dan bumi, pencipta siang dan malam, pencipta Adam dan Hawa, pencipta semesta dan segala yang ada didalamnya, bisa dibilang belum bisa terpatahkan. Namun, bagaimana kita bisa menerima keeksistensian tersebut dengan akal dan logika, jika kita sendiri belum pernah benar-benar melihat secara langsung sang pencipta tersebut. Yang akan kita temui hanyalah keragu-raguan, dan celah skeptisme yang semakin membesar.

Baik, pertama perlu kita ketahui terlebih dahulu apa itu arti kata ‘eksistensi’. Di Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa, ‘eksistensi’ berarti sesuatu hal yang ada, sesuatu yang menunjukan keberadaan. Oh, bagaimana kita bisa menganggap sesuatu itu ada dan nyata, sedangkan sesuatu yang kita anggap ada tersebut belum pernah sekali saja menunjukkan keberadaannya pada kita. Akal dan logika kita harus bermain disini. Contoh sederhananya seperti ini: Teman kamu bercerita dengan antusiasnya tentang barang yang baru saja ia beli, ia berkata barang itu bagus, baik, dan semua kata-kata yang tentunya membanggakan bagi barang tersebut. Tetapi, dia sendiri belum menunjukkan si barang tersebut kepada kamu. Lantas apakah kamu akan percaya begitu saja dengan cerita temanmu? Tidak bukan? Kamu perlu bukti, melihat barang itu sendiri, untuk membuktikan kata-kata yang diucapkan temanmu. Begitu pula halnya dengan keberadaan Tuhan, saya yakin, kamu, kita, manusia, punya akal dan logika. Pasti ada celah keraguan tentang keberadaan Tuhan, biarpun sudah jelas-jelas keagunganNya itu tertulis jelas dan diceritakan dalam kitab-kitab. Satu-satunya yang bisa membuat kita yakin, akan keberadaanNya adalah melihat sosok diriNya dengan mata kepala kita sendiri. Kalau tidak bisa bertemu langsung, ya paling tidak Dia menunjukan keberadaanNya lewat suatu ‘perantara’ lah. Mungkin dengan begitu celah keraguan kita akan tertutupi, dan akal kita bisa sepenuhnya menerima bahwa TUHAN ITU BENAR-BENAR ADA. Namun, karna belum ada bukti yang membuat akal kita percaya, kita bisa saja menganggap kalau TUHAN ITU TIDAK ADA.

Baik, jika kita gunakan pemikiran logis, Tuhan dalam logika dan akal sehat itu hanya omong kosong. Logikanya, Tuhan Yang Maha Segalanya itu hanya cerita fiksi. Tapi yang jelas, MENYANGKAL KEEKSISTENSIAN-NYA DENGAN AKAL ADALAH CONTOH SIKAP MANUSIAWI. Yang jelas, KITA TIDAK BISA MENYANDINGKAN EKSISTENSI TUHAN DENGAN AKAL DAN LOGIKA MANUSIA. Yang jelas, SEGALA FIRMAN TUHAN ITU MELAMPAUI AKAL MANUSIA.
gambar diambil dari sini