6.09.2011
Gir Sepeda Itu Kembali Lagi Pada Porosnya
Tahun 1990-an adalah tahun dimana tawuran mulai marak. Mulai dari tawuran antar pelajar sampai tawuran antar kelompok sosial. Dalam tawuran biasanya senjata-senjata yang digunakan adalah seadanya. Batu, balok kayu, golok, dan gir sepeda senantiasa dalam kepalan tangan.
Dari berbagai senjata tersebut, saya tertarik untuk membahas tentang gir sepeda. Dalam tawuran biasanya gir sepeda itu berkamuflase menjadi kepala sabuk (gesper). Bila ingin digunakan, tinggal lepas gesper dari pinggang, genggam talinya, lalu ayunkan si gir sepeda tadi kearah musuh. Gir sepeda dengan mata yang tajam tersebut siap menghantam siapa saja yang menghadang.
Kebayang kan, bagaimana berbahayanya gir sepeda di jaman itu. Beranjak ke tahun 2000-an, sepertinya gir-gir mematikan itu sudah kembali lagi pada porosnya. Sekarang, saya lebih sering melihat orang-orang yang menggunakan gir sebagai alat transmisi di sepedanya, ketimbang menggunakannya sebagai senjata tawuran. Pola pikir manusia semakin hari semakin logis, manusia mulai menyadari yang namanya permasalahan tidak akan pernah bisa diselesaikan dengan adu fisik, yang ada malah timbul masalah baru. Nah, manusia-manusia yang sadar ini lah mulai menempatkan gir sepeda kembali pada porosnya. Komunitas bersepeda makin menjamur, sepeda seakan menjadi alat hubung antar berbagai kalangan. Adanya komunitas bersepeda disini sangat membantu pemerintah untuk menanggulangi masalah polusi yang ada. Orang-orang yang tadinya bepergian naik motor atau mobil, sekarang mulai beralih ke sepeda, dengan alasan lebih irit dan ramah lingkungan. Siapa coba yang mau menghisap asap knalpot? Tidak ada kan? Tapi saya sadari memang, untuk bepergian dengan jarak tempuh yang cukup jauh kita masih membutuhkan kendaraan bermotor.
gambar diambil dari sini
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment